Saturday, March 22, 2008

Jakarta Yang Membosankan


Beneran deh. Jakarta itu membosankan sekali. Apalagi kalau pas lagi libur empat hari kaya gini (dua hari libur nasional, dan dua hari weekend). Ya ampun.
Nggak heran kalau para penghuni Jakarta memilih untuk "kabur" ke luar kota kalau lagi liburan. Gue juga maunya begitu. Tapi ternyata rencana gue dan bokap agak-agak kacau jadi rencana liburan long weekend gue ke Bogor terancam batal deh.

Beberapa alasan kenapa gue bilang Jakarta itu membosankan :
1. Kemana-mana jauh.
Coba seandainya lu tinggal di daerah Tomang, trus temen lu ngajakin "Jalan yuk! Kita ke bazaar kemang." Reaksi pertama lu begitu mendengar kata "Kemang" pasti adalah "Iiih! Gila jauh amaat!"
Karena Kemang terletak di Kotamadya Jakarta Selatan, yang udah pasti jauh dari Tomang yang Jakarta Barat.
Sama juga reaksi yang bakal diberikan kalau lu tinggal di daerah Bintaro, dan temen lu ngajakin ke La Piazza Kelapa Gading.
Asal tau aja, di Jakarta ini, jarak kemanapun paling cepat rata-rata adalah 30 menit. Dari Taman Anggrek ke Pondok Indah itu 30 menit (kalau lu naik mobil pribadi dan lewat tol / Permata Hijau), dari Pondok Indah ke Bintaro itu 30 menit, dari Sunter ke Tomang itu 30 menit (kata Rbn yang naik motor tiap hari), bahkan dari kantor gue ke mal Taman Anggrek yang jaraknya cuma selemparan kolor doang itu pun butuh waktu 30 menit - karena macet dari depan Hero sampe perempatan Tomang sampe depan TA. Itu jarak tercepat loh. Tolong diperhitungkan dengan area macet dan hal-hal ajaib yang suka terjadi di jalan (perbaikan jalan, pembangunan busway, truk ngguling, tabrakan motor, dll). Rekor paling menyebalkan adalah waktu hari Rabu kemarin, gue dan Olip terjebak macet dari Sunter ke Tomang seharian - kami bergeser dari depan Untar sampe depan TA butuh waktu satu jam! Gimana gak mati bosen di jalan kalau begitu caranya.

2. Asumsi kata "jauh"
Padahal sebenarnya, kalau mau dipikir-pikir lagi, bukan masalah "jauh" yang menjadi pertimbangan ketika seseorang mau pergi. Please lah. Jakarta itu ya kemana-mana jauh, semua orang juga tahu. Makanya jalan tol dibikin dimana-mana. Tapi yang jadi masalah seharusnya adalah kata "lama". Berapa lama ya dari sini ke Bintaro, berapa lama dari TA ke PIM, berapa lama dari Senayan ke Gading, berapa lama ntar dari Dufan pulang ke Bekasi, dll. It's all about time. Karena semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan, berarti semakin sedikit waktu untuk bersenang-senang di tempat tujuan. Dan semakin butuh perhitungan yang akurat untuk merencanakan pergi ke suatu tempat di dalam kota Jakarta yang maha luas ini. Dan itulah yang bikin orang males pergi dan menggunakan asumsi kata "jauh" untuk maksud sebenarnya yaitu "males ah, lama di jalan". Akhirnya orang menjatuhkan pilihan ke alternatif tergampang, "ke mal deket sini aja yuk."

3. Tempat rekreasi yang tersedia adalah mal, plaza, dan shopping center.
"Pulang kantor kita mampir ke Mango, yuk." "Weekend ini kita makan di Sushi Tei yuk." "Ntar malem clubbing ke X2 yuk." "Nongkrong di Starbucks, yuk." "Besok nonton di Blitz, yuk."
Silakan dicermati, kalau semua tempat-tempat yang ditawarin tadi pasti berada di sebuah pusat perbelanjaan. Butik Mango terdekat dari kantor gue adalah di Mal Taman Anggrek. Sushi Tei yang biasa ditongkrongin adalah di Senayan City, Plaza Senayan atau (kalo mau jauhan dikit) PIM2. Starbucks tersebar di tiap mal dan pinggiran jalan tol (idih banget kan jauhnya). Blitz Megaplex juga hanya ada di Pacific Place atau Grand Indonesia - atau kalo mau nonton di 21 atau XXI, ya pastilah adanya di mal. Toko buku, tempat makan, bioskop, cafe, tempat dugem, dll. Semua ada di mal, mal, mal, plaza, plaza, plaza.
Kalau mau maenan lain selain prosesi jual-beli ala konsumerisme pusat perbelanjaan? Ada Waterbom Cikarang (yang denger kata 'Cikarang'nya aja udah merinding ngebayangin jauhnya), ada Dufan, ada Taman Mini, yang kesemuanya pasti disambut dengan komentar awal "wah.. jauh yah."

4. Sendirian
Okelah, masih banyak sebenarnya tempat-tempat di Jakarta ini yang menarik untuk dieksplorasi. Jakarta itu gede banget, lho. Empat kotamadya pus sempilan Botabek kalo masih ga puas. Tapi nggak guna juga kalau yang mau menjelajah itu cuma gue sendiri.
Contoh gampang aja deh! Gue yakin banget temen-temen gue ada yang baru sekali ke Monas, atau malah belum pernah sama sekali. Tapi kalau misalnya suatu saat gue ngajakin "Jalan-jalan ke Monas yuk!" pasti gue akan disambut dengan tatapan tercengang mulut ternganga dan ucapan "Ha!?" - yang berarti "idih ngapain, males banget deh." Sama halnya kalau gue ngajakin liat bintang di Planetarium, nyari buku-buku bekas di Kwitang, nonton pertunjukan teater di GKJ, nonton film indies di CCF, liat-liat Museum Gajah, makan roti bakar di Melawai, atau hunting distro di daerah (Jakarta) Selatan.

Rata-rata reaksi orang adalah karena [alasan no. 1] yang sebenernya berdasarkan [alasan no. 2] sehingga mereka lebih nyaman dengan pemikiran [alasan no.3]. Atau alasan-alasan standar seperti 'panas, nggak seru, hmmm nggak banget, udah biasa, kuno', dll. Jadilah gue mendapatkan [alasan no. 4] ini, karena siapapun kalau mau ngapa-ngapain sendirian tanpa teman juga pasti akan terasa membosankan, bukan.
Yah, tapi ini boleh dibilang alasan yang subjektif sih, karena kesukaan orang kan beda-beda. Atau mungkin banyak orang-orang lain yang lebih suka pergi sendiri, atau mungkin gue musti cari temen lain yang beda genre, hahaha.

Mungkin masih ada alasan-alasan lain yang masih bikin gue bilang Jakarta itu membosankan. tapi so far yang kepikir baru itu. Karena setiap kali weekend, yang sering muncul di otak adalah "get the hell out of this city". Apakah itu ke rumah nenek di Bogor - sambil cari makaroni panggang, atau main ke Bandung dan menikmati kwetiaw atau bakso setelah jalan-jalan di daerah Dago, atau main ke villa sepupu di Puncak trus beli jagung bakar buat temen liat bintang tar malem. Tiga tempat itu - Bogor, Bandung , Puncak - adalah sasaran utama para penghuni Jakarta untuk lari dari kota ini saat weekend. Karena apa, karena Jakarta itu sendiri (seperti yang dari tadi gue bilang) sudah membosankan.

Tapi intinya, alasan-alasan gue di atas itu memperkuat argumen gue yang saat ini sendirian, nggak pergi kemana-mana karena bosan, dan yang gue bisa lakuin cuma ngomel di blog.
Yah, Jakarta memang membosankan.

{posted by Chibi on 8:45 PM} +

Jakarta or Bandung ?


Alasan kenapa gue lebih suka weekend di Bandung :
1. Nggak perlu bermacet-macetan naik bis selama lebih dari setengah jam. Karena semua tempat di Bandung adalah within reach by angkot. Atau kalau perlu, eksplor jalanan dengan jalan kaki juga asik (misalnya hunting distro di daerah Sultan Agung, nelusurin FO di jalan Riau). Jauh lebih murah daripada segala alat transportasi di Jakarta.
2. Dimanapun gue berhenti pasti ada tukang teh botol atau (sukur-sukur) es duren.
3. Ditunjang dengan setiap pengkolan jalan pasti ada minimarket - entah itu Circle-K, AlfaMart, Indomaret, apapun lah itu. Nggak susah cari cemilan dan minuman.
4. Bisa cari DVD murah di Kota Kembang, atau Vertex, atau tempat-tempat yang terkenal sebagai daerah 'bajakan'.
5. Banyak tempat makan asik yang bisa dijelajahi, dan bukannya di mal atau pusat perbelanjaan. Misalnya kwetiaw Jalan Aceh, bakso di Cipaganti, sate Sulanjana, nasi campur PasKal, es duren Cilaki, dll.
6. Banyak temen-temen lama yang bisa diajak/ngajak jalan-jalan keliling Bandung bahkan tanpa tujuan yang jelas, hahaha.
7. Ada daerah Lembang yang sejuk dan bisa makan sate atau jagung bakar.
8. Kalau agak niat dikit, bisa maen ke daerah pegunungan kaya Kawah Putih Ciwidey, atau Tangkuban Perahu (ini sih gue belum pernah, tapi pengeeenn banget), Observatorium Boscha (ini juga blom pernah), atau sampe pemandian air panas Ciater.
9. Dan biayanya lebih murah daripada kalo maen-maen di Jakarta.
10. Dan kalo ternyata musti terjebak di dalam pusat perbelanjaan pun, masih ada CiWalk atau Paris Van Java yang nggak ngebosenin kaya mal-mal di Jakarta.

Alasan kenapa gue tetep stay di Jakarta :
1. Karena gue kerja di sini.
2. Gue ga punya tempat tinggal lain selain di sini.
3. Kesempatan kerja dan opportunity di Jakarta jelas lebih bagus daripada tempat-tempat lain.
4. Hampir segala hal ada di Jakarta - mulai dari baju bekas gocengan sampai FO, French fine dining sampai gudeg Jogja, bahkan brownies kukus atau bika ambon, butik Mango atau sepatu Manolo Blahnik - kalo mau niat ngoprek setiap sudut Jakarta.
5. Dan kalau gue bosen ama kota ini, gue bisa ngabur ke luar kota (seperti Bandung) pas weekend (atau pas gue lagi punya duit - nggak kaya saat ini. Hiks).

{posted by Chibi on 8:40 PM} +

Friday, March 21, 2008

I Am The Empress



You are The Empress


Beauty, happiness, pleasure, success, luxury, dissipation.


The Empress is associated with Venus, the feminine planet, so it represents, beauty, charm, pleasure, luxury, and delight.
You may be good at home decorating, art or anything to do with making things
beautiful.


The Empress is a creator, be it creation of life, of romance, of art or business. While the Magician is the primal spark, the idea made real, and the High Priestess is the one who gives the idea a form, the Empress is the womb where it gestates and grows till it is ready to be born. This is why her symbol is Venus, goddess of beautiful things as well as love. Even so, the Empress is more Demeter, goddess of abundance, then sensual Venus. She is the giver of Earthly gifts, yet at the same time, she can, in anger withhold, as Demeter did when her daughter, Persephone, was kidnapped. In fury and grief, she kept the Earth barren till her child was returned to her.


What Tarot Card are You?

Take the Test to Find Out.


{posted by Chibi on 9:04 PM} +




 



 

Song:'80s-'90s songs; Matt Hires; some rocks
Obsession: Publishing my book
Reading: Horrible Histories
Movie: Clueless
Addiction: Books & Mp3
Project: Reviews and Translations


 

     


 

     

fiction fetish   hangeul2korean-romanization

31 hari ngeblog